Blora, Harianblora.com - Wah, Penderita DBD di Blora Capai 212 Kasus. Demikian salah satu komentar salah satu pengurus Gerakan Pemuda Nusantara (GPN) Cabang Blora, Jawa Tengah. Selaku pengurus bidang kesehatan dan keperempuanan, Siti Mahmudah mengatakan heran dengan data dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Blora, apalagi data tersebut mencapai 212 kasus demam berdarah dengue (DBD). "Sebagai warga Blora, saya sedih melihat hal itu, tidak ada yang bisa disalahkan, kecuali kita harus introspeksi, bahwa selama ini pola hidup sehat di Blora kurang baik," paparnya kepada Harianblora.com, Selasa (16/12/2014).
Menurut aktivis IPPNU tersebut, kesehatan adalah modal utama menjadi manusia yang sebenarnya. "Kasus DBD ini bukan hanya masalah kesehatan, namun juga pola hidup sehat," paparnya.
Data tersebut, memang terbilang banyak. Maka tidak heran jika Lilik Hernanto Kabid Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan (Dinkes) Blora mengatakan peningkatan kasus DBD di Blora memprihatinkan. Menurut data, hingga akhir November 2014 lalu, jumlah kasus DBD mencapai 212 kasus, ada dua orang penderita dinyatakan meninggal dunia.
Menurut Lilik, kasus DBD yang tertinggi adalah di daerah Blora Kota, sebanyak 53 kasus. Selanjutnya, disusul Ngawen sebanyak 43 kasus DBD, Cepu ada 21 dan Jepon ada 15 kasus DBD.
Lilik menjelaskan, kasus DBD di Blora diprediksi meningkat. Pasalnya, intensitas hujan mulai meningkat apalagi mendekati musim hujan. Jika curah hujan mulai meningkat, otomatis akan banyak genangan air yang dijadikan nyamuk aedes aegypti tumbuh, apalagi nyamuk tersebut pembawa virus dengue akan mudah berkembang biak.
Untuk meminimalkan kasus DBD di Blora, kata Lilik, pihak Dinkes Blora akan menggelar fogging di daerah endemis DBD. Daerah tersebut, menurutnya ada di wilayah Kecamatan Blora Kota, Jepon, Tunjungan dan Ngawen. Maka dari itu, warga Blora harus berhati-hati dalam melakukan kegiatan, khususnya di daerah yang banyak nyamuknya.
Menanggapi hal itu, Siti selaku aktivis sosial berharap warga Blora berhati-hati. "Anak-anak dan balita sering menjadi sasaran penyakit DBD, maka orang tua perlu menjaga anaknya dari daerah-daerah yang rawan nyamuk," ujarnya. (Red-HB7/Foto:Propolis).
Baca juga: Lowongan Kerja Perawat Home Care.
Menurut aktivis IPPNU tersebut, kesehatan adalah modal utama menjadi manusia yang sebenarnya. "Kasus DBD ini bukan hanya masalah kesehatan, namun juga pola hidup sehat," paparnya.
Data tersebut, memang terbilang banyak. Maka tidak heran jika Lilik Hernanto Kabid Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan (Dinkes) Blora mengatakan peningkatan kasus DBD di Blora memprihatinkan. Menurut data, hingga akhir November 2014 lalu, jumlah kasus DBD mencapai 212 kasus, ada dua orang penderita dinyatakan meninggal dunia.
Menurut Lilik, kasus DBD yang tertinggi adalah di daerah Blora Kota, sebanyak 53 kasus. Selanjutnya, disusul Ngawen sebanyak 43 kasus DBD, Cepu ada 21 dan Jepon ada 15 kasus DBD.
Lilik menjelaskan, kasus DBD di Blora diprediksi meningkat. Pasalnya, intensitas hujan mulai meningkat apalagi mendekati musim hujan. Jika curah hujan mulai meningkat, otomatis akan banyak genangan air yang dijadikan nyamuk aedes aegypti tumbuh, apalagi nyamuk tersebut pembawa virus dengue akan mudah berkembang biak.
Untuk meminimalkan kasus DBD di Blora, kata Lilik, pihak Dinkes Blora akan menggelar fogging di daerah endemis DBD. Daerah tersebut, menurutnya ada di wilayah Kecamatan Blora Kota, Jepon, Tunjungan dan Ngawen. Maka dari itu, warga Blora harus berhati-hati dalam melakukan kegiatan, khususnya di daerah yang banyak nyamuknya.
Menanggapi hal itu, Siti selaku aktivis sosial berharap warga Blora berhati-hati. "Anak-anak dan balita sering menjadi sasaran penyakit DBD, maka orang tua perlu menjaga anaknya dari daerah-daerah yang rawan nyamuk," ujarnya. (Red-HB7/Foto:Propolis).
Baca juga: Lowongan Kerja Perawat Home Care.
0 comments:
Post a Comment