Blora, Harianblora.com – Taman Sekolah di Blora Harus Diperhatikan. Selama ini banyak taman
yang dibangun oleh pemerintah di pusat kota, seperti di Alun-alun Blora, tapi tidak terawat dengan baik.
Puluhan bahkan ratusan juta anggaran negara dialokasikan untuk membuat taman
kota. Namun setelah taman itu terbentuk, perawatan tidak dilakukan dengan baik.
Lalu bagaimana di Blora Jawa Tengah?
“Sungguh ironis, jika melihat taman kota yang tidak
berfungsi dengan semestinya. Taman yang difungsikan sebagai jantung hijau kota
memang mulai beralih fungsi. Dari yang sebelumnya sebagai tempat rekreasi
keluarga berubah menjadi tempat memadu kasih. Taman yang didesain dengan
pepohonan hias beralih fungsi menjadi tempat berlindung anak-anak jalanan,”
tutur Ahmad Fauzin, Ketua Gerakan Pemuda Nusantara (GPN) Cabang Blora, Jawa Tengah.
Menurut pemuda kelahiran Blora tersebut, saat ini taman-taman
di Blora tak diperhatikan. “Bahkan banyak yang menjadikan taman justru sebagai
area untuk membuang sampah. Yang sering terjadi sekarang ini, taman sebagai
tempat foto. Sepertinya jiwa narsis pemuda Indonesia memang tidak dapat
pungkiri. Di manapun tempatnya, ketika ada sedikit keindahan maka aktivitas mengambil
foto tidak ditinggalkan,” ujar lulusan UIN Walisongo Semarang tersebut pada Selasa (16/12/2014).
Menurut Fauzin, taman sekolah adalah miniatur taman kota. “Maka,
semua taman baik di SD sampai SMA di Blora harus bersih. Wong penghuninya juga
berpendidikan, masak tidak bersih kan memalukan,” ujar pemuda berkacamata itu.
Fauzin juga menuturkan, saat ini perlu membentuk pemuda yang
mencintai taman sangat diperlukan. Karena bagaimana pun, pemuda adalah subjek
terbesar pengisi kegiatan di taman-taman kota. “Pembentukan gerakan mencintai
taman kota dapat dimulai dari kegiatan mencintai taman sekolah. Gerakan ini
dapat dimulai bahkan sejak anak masih usia TK atau PAUD di Blora,” ujar Dia kepada Harianblora.com
Mencintai taman sekolah, kata Fauzin, adalah kewajiban
setiap siswa. “Tidak hanya mencintai, tapi siswa diajarkan bertanggung jawab
merawat dan melestarikan ekosistem yang ada di sekolah tersebut,” paparnya.
Dalam hal ini siswa, menurut Fauzin, dapat diajak menanam
pohon dan bunga sesuai yang mereka sukai. Setiap siswa diwajibkan menanam satu
pohon atau bunga untuk dirawat di pekarangan sekolah.
“Blora kan produksi kayu jati, hal itu bisa dimanfaatkan
sebagai jantung dan nafas kehidupan. Hal itu tentu dimulai dari hal paling
kecil, yaitu menghidupkan taman sekolah yang bagus, rapi, hijau dan asri,”
katanya. (Red-HB8/Foto: SS)
0 comments:
Post a Comment