Blora, Harianblora - Perpustakaan PATABA Blora menjadi miniatur intelektualitas Blora. Pasalnya, selama ini hanya sedikit orang yang memegang teguh budaya intelektual, termasuk menghidupkan perpustakaan. Perpustakaan Pataba ataua Pramoedya Ananta Toer Anak Semua Bangsa merupakan perpustakaan pribadi keluarga Pram, yang telaknya Kabupaten Blora, Jawa Tengah.
Perpustakaan yang tepatnya di Jalan Sumbawa No.40 Blora ini merupakan perpustakaan unik dan harus diapresiasi. “Ini menjadi barometer perpustakaan unik, khusunya di Jawa Tengah,” tutur Hamidulloh Ibda, penulis buku Demokrasi Setengah Hati. Menurutnya, PATABA menjadi miniatur intelektualitas Blora. “Di sini ada buku sastra, ada tapeladam, ada sejarah, meskipun kecil, tapi kita melihat dunia yang lebih luas lewat PATABA,” paparnya kepada Harian Blora.
“Seharusnya PATABA menjadi replika perpustakaan di Blora, karena selain mengenang sosok Pram, PATABA juga menjadi saksi sejarah perjuangan dan karya-karya Pram,” tuturnya. Maka dari itu, katanya, perlu peran pemerintah yang nyata, mulai dari renovasi bangunan sampai penambahan koleksi buku.
Menurut Susilo Toer adik Pram saat ditemui Harian Blora, PATABA sudah banyak dikunjungi tokoh, namun perhatian pemerintah masih kurang tampak. Kepada Harian Blora, Susilo Toer mengatakan belum ada bantuan riil kepada PATABA. “Dulu sudah pernah diberi komputer, tapi sampai sekarang juga belum diperhatikan apa-apa,” katanya tak lama ini.
Menurut Ibda, pelajar dan mahasiswa Blora wajib mengunjungi PATABA. "Di sana selain ada buku, banyak juga foto-foto Pram dan tokoh yang bisa kita lihat. Selain baca buku, kita juga bisa diskusi gratis dengan Pak Sus," tuturnya. (HB3/Foto: Harian Blora).
Perpustakaan yang tepatnya di Jalan Sumbawa No.40 Blora ini merupakan perpustakaan unik dan harus diapresiasi. “Ini menjadi barometer perpustakaan unik, khusunya di Jawa Tengah,” tutur Hamidulloh Ibda, penulis buku Demokrasi Setengah Hati. Menurutnya, PATABA menjadi miniatur intelektualitas Blora. “Di sini ada buku sastra, ada tapeladam, ada sejarah, meskipun kecil, tapi kita melihat dunia yang lebih luas lewat PATABA,” paparnya kepada Harian Blora.
“Seharusnya PATABA menjadi replika perpustakaan di Blora, karena selain mengenang sosok Pram, PATABA juga menjadi saksi sejarah perjuangan dan karya-karya Pram,” tuturnya. Maka dari itu, katanya, perlu peran pemerintah yang nyata, mulai dari renovasi bangunan sampai penambahan koleksi buku.
Menurut Susilo Toer adik Pram saat ditemui Harian Blora, PATABA sudah banyak dikunjungi tokoh, namun perhatian pemerintah masih kurang tampak. Kepada Harian Blora, Susilo Toer mengatakan belum ada bantuan riil kepada PATABA. “Dulu sudah pernah diberi komputer, tapi sampai sekarang juga belum diperhatikan apa-apa,” katanya tak lama ini.
Menurut Ibda, pelajar dan mahasiswa Blora wajib mengunjungi PATABA. "Di sana selain ada buku, banyak juga foto-foto Pram dan tokoh yang bisa kita lihat. Selain baca buku, kita juga bisa diskusi gratis dengan Pak Sus," tuturnya. (HB3/Foto: Harian Blora).
0 comments:
Post a Comment