Blora, Harianblora.com – Penilaian Kurikulum 2013 mumetkan guru di
Blora. Tidak hanya di tingkat SMP dan SMA, namun yang paling ribet
sebenarnya di tingkat SD. Mengapa? Karena di SD pembelajarannya berbasis
tematik integratif, dan menggunakan pendekatan saintifik.
Pendekatan saintifik
tersebut meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengomunikasikan. Hal itu
dirasakan Kepala SDN 1 Tawangrejo, Tunjungan, Blora Sumardjan, SPd, M.MPd.
Menurut kepala sekolah tersebut, penilaian kurikulum 2013 atau akrab disebut
K13 sangat merepotkan guru SD. Hal itu dialami berbagai guru yang mengajar di berbagai jenjang, dari SD sampai SMA.
Ketua Kwarran Kecamatan Tunjungan
itu mengatakan penilaian raport sangat menjadikan guru mumet. Sebagian guru
yang sudah tua sampai melemburnya di sekolah ada juga yang dilembur di rumah. “Kalau
tak dilembur ya tak rampung,” paparnya.
Hal senada dirasakan Muhyidin,
SPd, guru di salah satu SD swasta di Blora. Ia mengutarakan bahwa penilaian
raport K13 sangat menyita waktu, menyedot pikiran dan memumetkan guru. “Ada
beberapa yang dialami guru dalam penilaian. Pertama, cara memasukkan nilai yang
njlimet. Mulai dari kompetensi inti religius, sosial, pengetahuan dan
keterampilan. Itu semua beda dan tiap mapel harus ada 4 hal tersebut,” ujarnya,
Sabtu (20/12/2014).
Kedua, lanjutnya, format raport sangat berbeda dengan KTSP.
“Kalau di Semarang enak, karena di kota dan akses informasi cepat. Karena di
sana sebagian sudah menggunakan aplikasi raport dari LPMP Jawa Tengah.
Sedangkan di Blora ngisinya manual satu-satu perkelas,” katanya.
Guru SD Kelas 3 tersebut mengutarakan,
sebenarnya perubahan kurikulum dari KTSP menjadi K13 sangat tergesa-gesa dan
hanya berorientasi proyek dan kejar tayang. “Tidak heran jika Mendikbud Anies
Baswedan menggantinya kembali ke KTPS,” ujar Dia pada Harianblora.com.
Sebenarnya, implementasi K13
meskipun berbasis saintifik, temaik, tapi intinya sama seperti KTSP. “La wong
penilaiannya juga per mapel, jadi tak ada bedanya dengan KTSP. Cuma beda nama
saja dan berbasis tema. Padahal dulu KTSP di kelas rendah juga tematik,” jelas
guru muda tersebut. Ia berharap, agar pemerintah memberi pelatihan kepada
guru-guru agar tidak ribet dan mumet. “Meskipun kenbali ke KTSP, tapi sebagian
sekolah yang dijadikan percontohan dan sudah
menjalankan K13 selama 3 semester tetap dilanjut. Maka kami butuh
pelatihan, sosialisasi dan pengawalan terus-menerus,” pungkasnya. (Red-HB7/Foto:SMD).
Baca juga: Raport K13 di Blora Dibagikan.
0 comments:
Post a Comment