Blora, Harianblora.com - Bimbingan Belajar (Bimbel) menurut akademisi tak sekadar pelarian. Hal itu
diungkapkan pemerhati dan pendiri Bimbel, Hamidulloh Ibda, Selasa (9/12/2014). “Bimbel
itu kan lembaga yang ada karena murid tak puas dan merasa kurang dengan materi
sekolah,” ujar pemerhati pendidikan asal Pascasarjana Unnes itu.
Menurutnya, Bimbel bukanlah istilah baru dalam dunia
pendidikan. “Tidak hanya siswa SMA, dewasa ini banyak pula siswa TK dan SD yang
diikutkan Bimbel. Beberapa alasan yang mendasari orang tua mengirimkan anaknya
ke Bimbel adalah untuk pemantapan pemahaman anak terhadap materi di sekolah.
Banyak orang tua menganggap kuantitas belajar di sekolah masih kurang. Sehingga
bimbel dijadikan tempat alternatif belajar bagi anak,” ujar warga Tunjungan
tersebut.
Fungsi utama Bimbel saat ini mengalami pergeseran. Bimbel
tidak hanya dijadikan sebagai tempat belajar tapi justru sebagai rumah curhat
bagi anak dan orang tua. “Keluh kesah orang tua dan anak tentang pembelajaran
di sekolah lebih sering terdengar daripada kegembiraan yang tumbuh di sekolah
mereka,” jelasnya.
Bahkan, lanjutnya, tidak
jarang mereka merasa kecewa dengan sistem yang memberatkan anak-anak di
sekolah. Anak merasa ditekan dengan berbagai tugas sedangkan orang tua tidak
paham tugas yang dimaksudkan. Orang tua yang kritis tentu akan memahami kondisi
tersebut sebagai kurang tegasnya seorang guru. Guru yang cerdas seharusnya
mampu memberi tugas secara jelas setelah memberikan penjelasan kepada siswa.
Bukan membebani siswa dengan kuantitas tugas yang banyak tanpa memperhatikan
kekuatan siswa. Siswa dianggap sebagai mesin otak yang setiap malam harus siap lembur
untuk tugas matematika, IPA, IPS, Bahasa Inggris, dan lain sebagainya.
“Cara konvensional manakuti-nakuti siswa dengan hukuman jika
tidak mengerjakan PR pun menjadi senjata. Secara tidak langsung hal tersebut
dapat menekan psikologis siswa yang secara jangka panjang dapat membuat siswa
tidak nyaman dengan gurunya sendiri. Salah satu strategi guru memotivasi siswa
belajar di rumah adalah dengan memberikan PR,” pungkasnya. (HB5/Foto: Aqila).
Baca juga: Blora Kekurangan 1877 Guru SD PNS.
0 comments:
Post a Comment