Blora, Harianblora.com – Sulit air. Ya, fenomena itu terjadi
saat musim kemarau di Blora. Selain sumur kering, jalan berdebu, sawah gersang,
cuaca di Blora ketika musim kemarau sangat panas. Berikut ini, laporan khusus Redaksi Harianblora.com berkaitan dengan kekeringan di Blora yang ditinjau dari beberapa pendekatan.
Pertanyaanya kemudian, Mengapa Blora Disebut Daerah Sulit
Air?
Secara ilmiah, kita bisa menjawab hal itu dengan menggunakan
beberapa pendekatan. Secara geografis, letak Blora yang berada di Jawa Tengah bagian
timur berbatasan dengan Jawa Timur. Blora, berdekatan dengan Demak, Kudus,
Pati, Rembang, Grobogan. Blora secara luas, jika dihitung yaitu kurang lebih 1.820,59
km².
Ada beberapa penelitian tahun 2011 yang mengatakan alasan
mengapa blora disebut daerah sulit air. Pertama,struktur tanah Blora memiliki
komposisi susunan tanah 56% gromosol, 39% mediteran, dan 5% alluvial. Tanah
gromosol, menurut beberapa ahli sangat cocok untuk pertanian. Mengapa? Karena
berlempung, demikian pula tanah alluvial yang merupakan hasil pengendapan
aliran sungai.
Berbeda lagi dengan tanah mediteran atau sering disebyt
tanah kapur yang tidak subur dan bukan tanah yang baik untuk mengikat air
tanah. Inilah sebabnya, tanah di Blora sangat sulit untuk menyimpan air. Mengapa
demikian? Keberadaan tanah mediteran yang mencapai 39% luas wilayahdi Blora,
menyebabkan sebagian wilayah Blora adalah wilayah yang rawan kekeringan.
Hal itu
lah sebabnya Blora juga dikenal sebagai daerah sulit air. Jadi, jangan heran
jika ketika kemarau datang, Blora selalu kekurangan air, karena secara struktur tanah tidak memenuhi untuk menjadi tanah yang kaya akan air. (Laporan Khusus
Redaksi Harianblora.com/Foto:SM).
Baca juga: Perkembangan Kemajuan Blora Menurut Warga.
0 comments:
Post a Comment