Blora, Harianblora.com – Selama ini masih banyak orang Blora dan
Ponorogo belum tahu perbedaan Barong Blora dan Reog Ponorogo. Padahal meskipun
hampir mirip dan sama, keduanya memiliki perbedaan yang detail. Mau tahu
perbedaannya? inilah perbedaan Barongan
Blora dengan Reog Ponorogo.
Eko Arifiyanto Sekretaris Lembaga Kajian Budaya dan Lingkungan
Kabupaten Blora pada bulan November 2014 lalu mengutarakan perbedaan Barong
Blora dan Reog Ponorogo terletak pada bagian kepala. Eko juga mengakui bahwa
sejarah dan perjalanan Barong Blor tidak terlepas dari tradidi Reog Ponorogo,
namun menurutnya kedua seni itu ada perbedaannya.
Pada kepala Barong Ponorogo, katanya, terdapat merak yang digambarkan
sebagai sebuah keindahan. Sedangkan bentuk kepala barong Blora lebih sederhana.
“Kepala barong Blora hanya berupa kepala singa dengan wajah berwarna hitam,”
katanya pada 1 November 2014 lalu.
Sesuai perkiraan Eko, perbedaan tersebut karena di wilayaha Blora jauh dari pusat Kerajaan Kediri. Pada saat itu, katanya, biaya membuat kepala Barong menggunakan merak dianggap mahal dan sulit untuk mendapatkannya.
Hal itu menurut Eko merupakan representasi bentuk perlawanan masyarakat
Blora pada saat itu. Dikarenakan masyarakat Blora ingin menikmati tradisi unik
tersebut, maka lahir dan terciptalah kesenian khas Blora, yaitu seni Barong
yang berbeda dengan Reog Ponorogo.
Di sisi lain, perbedaan lain menurut Eko ada pada Lakon Genderuwo. Lakon
tersebut yang dilakukan dalam pertunjukan Barong Blora, tidak dimiliki kesenian
Barong di daerah lain. Genderuwo ini, menurut Eko, dideskripsikan sebagai sosok
jahat dalam lakon cerita Panji Asmorobangun.
Indra Bagus Kurniawan, pemain sekaligus pemerhati Barong Blora juga mengutarakan perbedaan tersebut. Dari filosofi dan sejarah menurutnya sudah berbeda. "Dari segi fisik, Rego Ponorogo punya merak, mulutnya tak bisa dibuka, menggambarkan singa. Sedangkan Barongan Blora rambutnya tak ada bulu meraknya, mulut bisa dibuka,dan menggambarkan macan" ujar mantan Ketua MPK SMA Negeri 1 Blora itu.
Ia juga menjelaskan, dari segi iringan, Barong Blora dan Reog Ponorogo sangat berbeda. "Iringan Barong Blora lebih greget," ujarnya. Dari segi tokoh, katanya, sangat berbeda. Di Reog, katanya, tokoh Klonosuwandono, di Barongan Blora tak ada. "Di Barongan Blora, ada tokoh Jaka Lodra atau Genderuwon, dan Untub Nayantaka serta Gainah, di Reog tidak ada tokoh-tokoh tersebut,” ujarnya pada Harianblora.com, Minggu (21/12/2014). Dari segi mistis, kata Indra, Barongan Blora aura mistisnya lebih terlihat dan kental daripada Reog Ponorogo.
Indra Bagus Kurniawan, pemain sekaligus pemerhati Barong Blora juga mengutarakan perbedaan tersebut. Dari filosofi dan sejarah menurutnya sudah berbeda. "Dari segi fisik, Rego Ponorogo punya merak, mulutnya tak bisa dibuka, menggambarkan singa. Sedangkan Barongan Blora rambutnya tak ada bulu meraknya, mulut bisa dibuka,dan menggambarkan macan" ujar mantan Ketua MPK SMA Negeri 1 Blora itu.
Ia juga menjelaskan, dari segi iringan, Barong Blora dan Reog Ponorogo sangat berbeda. "Iringan Barong Blora lebih greget," ujarnya. Dari segi tokoh, katanya, sangat berbeda. Di Reog, katanya, tokoh Klonosuwandono, di Barongan Blora tak ada. "Di Barongan Blora, ada tokoh Jaka Lodra atau Genderuwon, dan Untub Nayantaka serta Gainah, di Reog tidak ada tokoh-tokoh tersebut,” ujarnya pada Harianblora.com, Minggu (21/12/2014). Dari segi mistis, kata Indra, Barongan Blora aura mistisnya lebih terlihat dan kental daripada Reog Ponorogo.
Selaku pemain dan pemerhati Barong Blora ia
menjelaskan perbedaan tersebut sangat jelas. Perbedaanya dari segi fisik,
rohani dan aura pertunjukkan. Jika secara fisik Reog Ponorogo ada bulu merak
dan skala lebar lebih besar, maka Barong Barong relative lebih kecil. Kalau menurutnya, Barong
Blora secara wajah lebih mengindentifikasikan aura Jawanya, maksudnya Jawa di
sini ya Jawa Blora. Kalau Reog Ponorogo, menurutnya lebih terpengaruhi setting spiritual dan khazanah budaya Jawa Timur dan Bali.
Menurut Indra, kedua seni itu sama-sama mistis dan perlu telaah budaya
yang tinggi. “Saya sudah menulis beberapa karya ilmiah tentang Barongan Blora
dari berbagai aspek dan pendekatan. Ternyata, perbedaan itu juga terjadi dari
seni, ekspresi dan budaya masyarakat setempat,” paparnya.
Seni, tradisi atau budaya, katanya, itu kan muncul dari kebiasaan dan
setting sejarah daerah tersebut. “Secara sejarah memang jelas, Barongan Blora
dipengaruhi Reog Ponorogo. Tapi bukan berarti plagiat, namun itu menjadi
setting dan backing budaya dengan lahir Barong Blora. Sama seperti orang
terinspirasi untuk menulis tentang sastra, ia terinspirasi dari tokoh sastra
terkemuka. Lalu ia merepresentasikan karya-karyanya dengan rasa tokoh tersebut,
namun hal itu tetap berbeda,” ujar Dia.
Baca juga: Puisi BARONGAN Blora.
0 comments:
Post a Comment