Blora, Harianblora.com – Guru di
Blora Harus Bangga dengan Profesinya. Demikian yang disampaikan Dian Marta
Wijayanti dalam bedah buku Siapkah Saya Menjadi Guru SD Revolusioner, Selasa
(16/12/2014). Menurutnya, momentum kebangkitan guru tidak hanya saat Hari Guru,
namun harus bangkit tiap waktu dan detik.
“Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) yang semula bernama Persatuan
Guru Hindia Belanda (PGHB) lahir pada tanggal 25 Nopember 2014. PGRI didirikan
sebagai wujud nyata spirit guru-guru melalui Kongres Guru Indonesia tanggal
24-25 Nopember 1945 di Surakarta. Sebagai bentuk penghormatan terhadap guru,
pemerintah melalui Keputusan Presiden Nomor 78 tahun 1994 menetapkan tanggal 25
Nopember sebagai hari Guru Nasional,” ujar guru kelahiran Tunjungan Blora
tersebut.
Dian juga mengutarakan, guru yang berada di Blora, Kudus, Demak,
Semarang dan umumnya di Jawa Tengah harus bangga dan serius menjalani tugas
mulia itu. Menurutnya, sebagai hari besar nasional, Hari Guru diperingati
setiap tahun. Berbagai kegiatan dilaksanakan untuk memeriahkan hari istimewa
para guru di negeri ini.
Di antaranya adalah upacara dan berbagai perlombaan yang dilaksanakan
oleh pemerintah pusat sampai daerah. Namun yang menjadi pertanyaan, apakah
kegiatan-kegiatan seperti ini hanya sebatas seremonial? Tentu harapannya tidak
seperti itu, seribu harapan menjadi doa di setiap tahunnya.
Saat ini, kata Dian, semboyan guru pahlawan tanpa tanda jasa tampaknya
juga mulai mengalami degradasi nilai. “Bagaimana mungkin seorang pahlawan
bertindak sebagai pelaku kriminal. Apalagi akhir-akhir ini kita dicengangkan
dengan kasus seorang profesor (guru) nyabu di hotel,” kata guru yang juga
menjadi Tim Asesor USAID Prioritas Jawa Tengah itu.
Banyaknya kasus-kasus yang mengantarkan guru pada jeruji besi hendaknya
mendapat tanggapan dari guru-guru yang lain. Jangan sampai karena nila setitik
rusaklah susu sebelanga. “Guru adalah profesi mulia yang akan selalu dikenang
jasa-jasanya. Guru adalah akar dari profesi lainnya. Pengusaha, petani,
pedagang, polisi, dokter, tentara, dan lainnya dibesarkan oleh guru-guru mereka
di masa lalu. Ibaratnya, guru adalah artis kondang masa lalu yang akan tetap
bersinar sepanjang masa,” tutur Dian yang juga alumni SMA Negeri 1 Blora itu.
Kebanggaan Profesi
Kebanggaan profesi sangat penting dimiliki oleh guru. Jangan sampai
guru mengalami sindrom degradasi profesi. Artinya, guru tidak bangga dengan
profesi yang ditekuni sebagai bentuk pengabdiannya terhadap negeri. Banyak
pihak-pihak tertentu yang menganggap “guru” hanya sebagai tujuan. Mereka salah
menempatkan profesi guru sebagai alat untuk mendapatkan penghasilan besar yang
mampu mencukupi kebutuhan hidup. Sehingga apabila mereka tidak puas dengan apa
yang didapatkan, mereka akan pergi dan meninggalkan profesi guru menuju
pekerjaan dengan gaji yang lebih besar.
Tidaklah suatu kesalahan jika orang hidup membutuhkan uang untuk
menyambung pemenuhan kebutuhan. Tapi, menjadi guru adalah suatu pilihan.
Siapapun yang ingin menjadi guru hendaknya dari awal sudah siap dengan segala
konsekuensi. Justru kondisi yang banyak mencekik kehidupan guru dapat dijadikan
pemicu untuk berinovasi. “Jika ingin kaya, janganlah menjadi guru” pepatah ini
dapat dijadikan pegangan. Seorang guru dapat melakukan kegiatan lain yang
sebagai penghasilan sampingan. TIdak hanya itu, guru kreatif tentu mampu
berkreasi di luar profesi keguruan tanpa mengeluh. “Guru adalah profesi mulia
dan bermartabat,” pungkasnya. (Red-HB5/Foto:DMW).
Baca juga: Lowongan Kerja Guru.
0 comments:
Post a Comment