Alkisah, Erni mau menikah dengan
calon suaminya di Bandung. Ia sudah mempersiapkah segala hal, termasuk memesan
undangan pernikahan yang sudah disebar ke semua orang, teman, kolega dan
tetangga serta pejabat mulai dari RT sampai Walikota dan Gubernur.
Ya, hari itu hari Jumat. Namun
ironisnya, sehari sebelum pernikahan, Erni terus-terusan menangis. Seluruh
keluarga kebingungan.
Ibunya nanya: "Kenapa nih Neng Erni teh
malah nangis terus-terusan, pan mestinya hari ini teh Neng berbahagia?
Erni:
Batal saja Buuu!!!
Ibu:
lho besok sudah nikah dan diresmikan kok minta batal?
Erni:
Ini buu, tolong dibaca dulu teliti undangan ini. Kemarin aku sudah betul
ngasih redaksinya.
Di
sini tertulis: "TURUT MENUNGGANG":
1.
Pak Gubernur dan jajarannya
2. Pak Walikota dan ajudannya
3. Pak Camat dan jajarannya
4.
Pak Lurah dan jajarannya
5.
Pak RW dan jajarannya
6. Pak RT dan jajarannya
5. DH Koplak dan jajarannya.
6. Pak RT dan jajarannya
5. DH Koplak dan jajarannya.
"Kalau MENUNGGANG semua, Saya gak akan
kuaaaaaat. Bener-bener Neni ga kuaaat, Buu. Bisa mati hari itu di atas ranjang
Buuuuuuu. Batal yahhhh nikahnya, pliiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiisss. Batal Nikah yuk
Bukkkk!”. (red-HB).
0 comments:
Post a Comment