Salah satu pohon kelapa di Blora yang diserang Wawung. |
Blora, Harianblora.com – Diakui
atau tidak, pohon kepala di Kabupaten Blora sulit ditemukan. Hal itu tidak hanya di daerah
Tunjungan, Blora Kota, Banjarejo, Todanan, Kunduran Jiken, Jepon, Sambong,
namun juga daerah Ngawen, Japah, Jati, Kradenan, Cepu, Bogorejo, Kedungtuban
serta Randublatung. Di setiap desa, belum tentu ditemukan pohon kelapa. Hal itu
diungkapkan Karsono (39) warga Tawangrejo, Kabupaten Blora. Menurutnya, di tiap daerah di
Blora sangat sulit ditemukan pohon kelapa.
“Kalau tanya kelapa di Blora itu
sulit, tapi kalau tanya pohon jati, nah itu gudangnya,” ujar Dia kepada Harianblora.com,
Minggu (28/12/2014). Karsono mengatakan, hal itu tak lain akibat hama Kuwawung
atau juga disebut Wawung. “Akibat hama Wawung,
pohon kelapa di Blora sulit ditemukan,” ujarnya. Ia mengungkapkan, Blora
sangat berbeda dengan Rembang dan Pati. “Kalau di Rembang dan Pati saya kira
lebih mudah daripada cari kelapa di Blora,” ujar petani tersebut.
Dengan kawasan hutan yang luas,
Blora identik pohon jatinya daripada pohon kelapanya. Maka tak heran jika di
Blora lebih mudah didapatkan pohon jati daripada pohon kelapa. Bagi yang tidak
tahu, maka heran jika Blora jarang pohon kelapanya. Menurut Karsono, selain
faktor tanah, hama Wawung sangat menggemaskan. “Saya dulu pernah menanam sudah
besar sebanyak 5 pohon di kampung saya, namun ya mati karena dimakan Wawung,
tak kasih jaring juga tak bisa meminimalkan,” papar Dia.
Seperti kita ketahui, kelapa atau
cocos nucifera adalah suatu tanaman yang ditanam di kebun yang memiliki batang
lurus, dari jenis Famili Palmae. Menurut informasi yang dilansir
Harianblora.com, ada beberapa jenis kelapa yang cocok dikembangkan di pulau
Jawa. Pertama, meliputi jenis kelapa hijau atau varietas eburnea, kelapa merah atau
rubescens, kelapa kelabu atau macrocorpu dan kelapa manis atau sakarina. Kedua,
kelapa genjah dengan varietas eburnea atau kelapa gading, varietas regia yaitu
kelapa raja, pumila atau kelapa puyuh, pretiosa atau kelapa raja Malabar dan
ketiga adalah kelapa hibrida.
Sedangkan yang dikembangkan di
Jawa Tengah, yang paling diminati adalah kelapa kopyor. Salah satunya yang
dikembangkan Abdul Rokhim, warga Alasdawa, Dukuhseti, Pati. Terpisah, ia
menuturkan kepada Harianblora.com, bahwa kelapa kopyor sangat banyak ditemukan
di Pati, khususnya di daerah Tayu, Dukuhseti, Alasdawa dan Ngagel. “Waktu pergi
ke Blora saat datang ke resepsi keponakan, saya heran di sana jarang ada pohon
kelapa berdiri, padahal di Pati pohon kelapa sangat njubel,” ujarnya.
Untuk mengurangi populasi Kuwawung, Rokhim
menjelaskan selain memasang jaring, petani kelapa bisa menguranginya dengan
membakar jerami sisa makanan sapi. “Perkembangan Kuwawung akan cepat bila
jerami sisa makanan sapi dibiarkan, ditumpuk, apalagi dekat pohon kelapa, ya
pasti Kuwawungnya banyak,” jelasnya. Jika jerami sisa makanan sapi dibakar,
lanjutnya, maka akan memotong mata rantai perkembangbiakan Kuwawung. “Kalau
bisa, ketika memilih lokasi untuk menanam pohon kelapa jangan dekat dengan
kandang sapi,” papar pria dari dua anak tersebut. (Red-HB23/Foto:
Harianblora.com).
0 comments:
Post a Comment